PORSIGAL didirikan di Blitar, pada tanggal 02 Maret 1978 sebagai pengembangan dari
silat SENTONO warisan HEYANG AGENG RADEN TUMENGGUNG HASAN WITONO
yang wafat tahun 1878. Heyang Ageng Tumenggung Hasan Witono adalah
salah satu pengawal Pangeran Diponegoro, yang setelah perang Diponegoro
usai, Beliau berkelana ke arah timur(Blitar) dan meninggal di Desa
Kerjen, Kecamatan Srengat, Blitar, Jawa Timur. Makam Beliau ada di Desa
Kerjen tersebut dan terawat hingga kini.
PORSIGAL sebagai Organisasi Pencak Silat yang beraqidahkan Islam, berdasarkan / berasaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945.
PORSIGAL didirikan dengan maksud untuk menghimpun
dan membina serta menyalurkan potensi para pendekar Pencak Silat dan
atau siapa saja yang mempunyai perhatian terhadap generasi muda di
bidang sosial-budaya, kesehatan, olah raga dan atau pendidikan
mental-fisik dengan sarana Pencak Silat yang merupakan olah raga bela
diri tradisional kekayaan budaya Bangsa Indonesia yang harus
dilestarikan.
PORSIGAL untuk itu, bertujuan ikut serta mencapai
cita-cita pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas, manusia
seutuhnya yang memiliki watak pekerti luhur, pribadi yang tangguh
mental-fisiknya karena giat ‘MESU OLAH KRIDANING TOTO JASMANI-ROHANI’, sehingga siap mengisi Pembangunan Nasional dalam rangka dan upaya mencapai cita-cita kemerdekaan yang hakiki.
PORSIGAL (Pendidikan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat) adalah
salah satu perkumpulan Bela Diri yang berpusat di Desa Kerjen Kec.
Srengat Kab. Blitar dan diasuh langsung oleh KH. Muhammad Gholib Thohir
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Gholib.
Sedikit mengenai sejarah beliau (Mbah Gholib, red)dalam proses
menimba ilmu kanuragan dimulai dari Ujung Kulon (Banten)sampai ke Ujung
Timur (Banyuwangi) dan pada akhirnya beliau menemukan Guru Sejati yang
ternyata tidah jauh dari Kota Kelahiran Beliau Blitar Kota Patria, yaitu
kota kecil Tulungagung kira-kira 30 km arah barat kota Blitar. Disana
beliau bertemu dengan (Alm) Hadrotus Syaikh KH. Abdul Djalil Mustaqiem
sekitar tahun 80 an di Pondok Pesantren PETA (PESULUKAN THORIQOH AGUNG)
dengan Thoriqoh Syadziliyah yang berada dijantung kota Tulungagung,
persisnya sebelah barat Alon-Alon. Singkat cerita, beliau (Mbah
Gholib,red)diminta oleh Kyai Djalil untuk mengembangkan ilmunya dengan
membuka Padepokan Pencak Silat yang diberi nama Porsigal. Dimana dalam
Porsigal ini terjadi perpaduan atau penggabungan dari ilmu jurus-jurus
yang selama ini ditempuh oleh Mbah Gholih mulai dari ujung kulon
(Banten) sampai ujung timur (Banyuwangi)maka muncullah nama Garuda
Loncat, yang artinya meloncat-loncat/berpindah-pindah setelah Khatam
dalam mencapai suatu ilmu dan pindah lagi untuk mencapai ilmu yang
lainnya.
Perkembangan dalam penyebaran Padepokan Porsigal ini sebenarnya sudah
meluas sampai ke luar Jawa, namun banyak santri/murid yang enggan untuk
mendaftarkan Padepokan Porsigal ini ke IPSI daerah setempat, sehingga
kita susah untuk mendeteksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar